Jakarta, Pelitabaru.com
Rusia menunggu perintah Indonesia terkait kepemilikan kapal selam nuklir yang baru saja dipunya Australia lewat skema kemitraan AUKUS. Negara beruang merah itu, menilai alutsista tersebut mengancam keselamatan bumi Nusantara.
Indonesia sendiri memang mengajukan protes terhadap proyek pembangunan kapal selam nuklir Australia dibawah kendali Australian Submarine Agency (ASA) yang dibangun Kementerian Pertahanan negara tersebut pada Australia pada 6 Mei 2023 lalu.
Alasannya Indonesia sangat sederhana, tak mau kawasan Asia Tenggara dihuni senjata yang memiliki kemampuan mematikan, termasuk kapal selam nuklir Australia. Terlebih kapal selam nuklir Australia digunakan untuk melawan China.
Dukungan Rusia terhadap Indonesia sendiri bisa dilihat dari kehadiran kapal destroyer Admiral Panteleyev ke Indonesia untuk mengikuti latihan AL Moskow bersama ASEAN pada awal Desember 2021 lalu.
“Kapal itu mungkin menjadi pilihan terbaik yang tersedia di antara Armada Pasifik Rusia untuk latihan tiga hari yang diadakan di perairan Indonesia di Sabang, Aceh,” jelas ASPI The Strategist pada 3 Desember 2021 dikutip dari zonajakarta.com, Kamis (3/8/2023).
Kedatangan destroyer Rusia itu terjadi setelah AUKUS mengumumkan akan menjual kapal selam nuklir ke Australia.
“Pada bulan September tentang rencana Australia untuk mengakuisisi kapal selam bertenaga nuklir (SSN) di bawah pakta AUKUS yang baru, sebuah perkembangan yang disambut baik oleh beberapa negara di ASEAN tetapi tentang yang lainnya, terutama Indonesia telah menyatakan keprihatinan serius,” ungkapnya.
Namun Presiden Jokowi melihat jika kapal destroyer Rusia akan menjadi peringatan bagi Australia agar tak macam-macam dengan Indonesia.
“Rusia, kata Jokowi, berjanji akan berperan penting dalam memitigasi risiko tersebut. ‘Saya percaya bahwa kemitraan strategis ASEAN-Rusia dapat mencegah kecenderungan ini,'” jelas Jokowi.
ASPI menilai ucapan Jokowi soal Rusia merupakan kekuatan baik di Asia Tenggara juga dinilai omong kosong alias retorika. Tapi ASPI juga menilai jika Indonesia mengizinkan unsur Rusia bercokol di NKRI maka bisa segera menyerang kapal selam nuklir mereka.
“Tapi omong kosong dan simbolisme kehadiran destroyer Admiral Panteleyev di perairan teritorial Indonesia memang menunjukkan masalah yang sebaiknya diperhatikan oleh Canberra, dan bahwa Rusia dapat memicunya jika diberi setengah kesempatan (oleh Indonesia),” jelasnya.
Australia sendiri menjelaskan kepada Indonesia jika kapal selam nuklir miliknya aman.
Maksud aman di sini kapal selam nuklir Australia tak akan membawa senjata berhulu ledak nuklir.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Australia Hon Richard Marles MP menyampaikan jika PM Anthony Albanese sangat mendukung penuh pembuatan kapal selam nuklir ini.
“Pemerintah Albanese memenuhi komitmennya untuk mengakuisisi kapal selam bertenaga nuklir, yang merupakan investasi tunggal terbesar dalam kemampuan pertahanan kami dalam sejarah kami. ASA akan bertanggung jawab dan akuntabel untuk menyampaikan program ambisius untuk mengakuisisi kapal selam bertenaga nuklir Australia,” beber Marles.
Australia membentuk badan keselamatan kapal selam nuklir sebagai corong kepada negara tetangga bahwa program ini aman.
“Pembentukan Badan Kapal Selam Australia dan Regulator Keselamatan Kapal Selam Bertenaga Nuklir Australia merupakan elemen penting dalam memberikan kemampuan yang mengubah permainan ini dan akan memastikan implementasi jalur yang aman dan sukses untuk akuisisi kapal selam bertenaga nuklir oleh Australia,” jelas Marles.
“Australian Submarine Agency (ASA) akan dibentuk oleh Executive Order dan bertanggung jawab dan akuntabel atas pengelolaan dan pengawasan program kapal selam bertenaga nuklir Australia. Akuisisi Australia atas kapal selam bertenaga nuklir yang dipersenjatai secara konvensional melalui kemitraan AUKUS akan sangat penting untuk memastikan Angkatan Pertahanan kita memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menjaga keamanan warga Australia,” jelasnya lagi.
Nantinya setelah kapal selam selesai dibuat, AL Australia yang akan bertanggung jawab mengoperasikan kapal selam nuklir ini.
“Angkatan Laut Australia, dipimpin oleh Kepala Angkatan Laut, akan terus bertanggung jawab untuk melatih kapal selam dan mengoperasikan kapal selam Australia.Satgas Kapal Selam Bertenaga Nuklir, yang saat ini beroperasi sebagai bagian dari Pertahanan, akan beralih ke ASA pada 1 Juli 2023,” ungkapnya.
Meski ‘hanya’ berjenis Tomahawk, namun kapal selam nuklir ini mengusung hulu ledak konvensional. Tomahawk merupakan rudal jelajah serang darat. Versi terendahnya mampu menjangkau sasaran sejauh 460 km.
Disinyalir AL Australia akan mendapat Tomahawk Block III atau IV. Block III mempunyai daya jangkau sejauh 1.700 km. Block IV lebih jauh lagi yakni 1.600 km. Tanpa perlu bersusah payah jika kapal selam nuklir Australia dari pulau Christmas menembakkan Tomahawk maka sudah sampai Surabaya dan Jakarta.
Bahkan saat ini AS tengah mengembangkan Tomahawk Block V yang lebih jauh jangkauannya dan berkecepatan hipersonik.
“Rudal Tomahawk terbaru, yang juga dikenal sebagai Blok V, akan menambah kemampuan anti-kapal ke mode serangan darat yang ada. Meskipun belum dikonfirmasi, kemungkinan besar adalah rudal hipersonik baru. Tidak jelas berapa banyak yang akan dibawa di setiap VLS Virginia class tetapi tebakan yang masuk akal adalah tiga buah,” jelas Naval News pada 15 Juli 2021.
Australia jelas mendapat kesempatan memiliki Tomahawk Block V, membuat pertahanan udara Indonesia lebih kesulitan lagi menangkisnya. Padahal satu unit kapal selam Virginia class mampu membawa paling sedikit 12 buah rudal Tomahawk berbagai varian.
“Karena Blok V memiliki lebih banyak slot VLS, wajar saja jika mereka akan menjadi kapal selam pertama yang membawa rudal hipersonik. Dengan total 6 tabung VLS mereka dapat membawa muatan campuran, mungkin, 12 rudal hipersonik (3 di masing-masing 4 tabung belakang) dan 12 Tomahawk di tabung depan,” jelasnya.
Tidak cuma Tomahawk, Virgina class juga masih bisa membawa 21 buah torpedo SUT.
“Kapal selam masih akan memiliki ruang torpedo biasa (kompartemen penyimpanan senjata). Ia dapat membawa versi terbaru dari keluarga torpedo kelas berat ADCAP (Advanced Capability). Kemungkinan juga akan membawa ranjau Hammerhead versi baru,” bebernya.
Karena AS dan Inggris akan memberikan Virginia class versi terbaru, mereka akan memasangkan sonar kualitas jempolan yakni Light Weight Wide Aperture Arrays (LWWAA) yang ditempatkan di sepanjang sisi kapal selam.
Sonar ini akan mendeteksi semua anomali di sekitar kapal selam 360 derajat dari jarak jauh.
Ada prediksi jika Virginia class yang akan dijual ke Australia merupakan versi Ohio class atau Seawolf class Mark II.
“Secara bersama-sama perbaikan akan membuat Blok V menjadi kapal selam serangan bersenjata paling berat dalam sejarah Angkatan Laut AS. Apakah mereka di masa depan akan menerima sebutan ‘SSGN’ klasik, seperti empat kapal selam rudal jelajah Kelas Ohio yang dikonversi yang saat ini beroperasi, masih harus dilihat. Bahkan jika tidak, muatan rudal jelajah mereka yang mengesankan akan membedakan mereka dari kapal selam serang lainnya yakni Seawolf yang lebih besar,” jelas Naval News. (adi/fuz/gin/*)
Tags: Australia, Kapal Selam Nuklir, Rusia