Jakarta, Pelitabaru.com
Negara Adidaya, Amerika Serikat (AS) diam-diam tengah meronta meminta bantuan Indonesia. Fakta tak terbantahkan itu bisa dilihat dari kehadiran pesawat B-52H ke Bumi Nusantara, belum lama ini.
Menurut situs berita CCTV, Kehadiran B-52H ke Indonesia, merupakan pertama kalinya dalam sejarah. Pesawat pembom nuklir itu memiliki usia 70 tahun, dan pernah menjalankan misi tempur di Laut China Selatan dalam perang Vietnam.
Meski kehadirannya hanya untuk melakukan latihan militer dalam tajuk Cope West 2023 pada Juni lalu, China mengaku ketar-ketir. Karena Indonesia merupakan wilayah yang strategis sebagai pijakan AS jika mengerahkan pembom B-52H.
Jika potensi konflik antara China dan AS terjadi, nilai strategis Indonesia sangat berguna bagi pengiriman B-52H. Karena Indonesia bisa menjadi rantai pulau kedua, yang memungkinkan militer AS merespons tepat waktu dalam melakukan serangan.
Pesawat pembom strategis B-52H AS adalah senjata serang yang ampuh, dan kemampuan serangan presisinya telah membuat khawatir semua pihak di kawasan. Pengerahan sementara B-52H di wilayah sekitar Laut Cina Selatan telah membawa ketidakpastian baru pada situasi keamanan regional.
Menurut Military Leak, bomber nuklir AS B-52 itu terbang dari Guam menuju ke Indonesia, dikawal 2 jet tempur Indonesia F-16. B-52 singgah ke Indonesia untuk mengikuti latihan bersama Cope West 2023, pada 12-23 Juni 2023 lalu.
Situs berita China Sohu pun bereaksi dengan menulis artikel yang menyebut, “AS menginginkan Indonesia memberikan pijakan bagi B-52 di bandara miliknya dalam waktu lama.
Karena hal itu dipercaya akan meningkatkan kemampuan deterrent terhadap wilayah Laut China Selatan negara saya,”.
Menurut taktik militer AS, pembom B-52H pertama-tama membom sasaran di sekitar Laut China Timur dan Laut China Selatan dengan rudal. Kemudian dialihkan ke Indonesia untuk mendarat dan mengisi bahan bakar, dan kemudian kembali ke pangkalan Guam di rantai pulau kedua.
Pengeboman ulang-alik semacam ini oleh militer AS sebenarnya sulit ditembus. B-52H tidak mungkin menyelesaikan persiapan dan penyebaran di sekitar Laut Cina Selatan. Pada akhirnya, masih harus bergantung pada pangkalan pengisian.
Karena PLA dapat menyelesaikan masalah secara mendasar dengan langsung menghancurkan pangkalan Guam. Guam hanyalah sebuah pulau kecil tetap di Samudra Pasifik, sekitar 3.300 kilometer jauhnya dari daratan China.
Dari tahun lalu hingga tahun ini, grup tempur kapal induk PLA dan pembom H-6K telah mendekati Guam berkali-kali. Pada saat yang sama, Guam masih berada dalam jangkauan daya tembak Dongfeng-26 PLA.
Terakhir, 052D PLA dan Kapal perusak 055 dengan 20 rudal jelajah, yang semuanya memiliki jangkauan efektif lebih dari 1.500 kilometer, dapat secara efektif menutupi seluruh wilayah Guam.
Selain itu meski dengan kapal Induk juga sudak tidak efektif digunakan untuk melawan China di kawasan itu. Karena sistem tempur kapal induk anti-pesawat Tentara Pembebasan Rakyat menjadi semakin sempurna.
Sehingga kelompok tempur kapal induk AS harus menjauh dari perairan Pasifik Barat untuk mencegah serangan yang menghancurkan. Dalam keadaan seperti itu, Amerika Serikat harus beralih ke pembom strategis yang sama-sama pencegah tetapi jauh lebih fleksibel.
Kemudian dengan mangkal di Indonesia, AS bisa dengan aman karena China tak mungkin sembarangan meyerang Indonesia. Hanya untuk memberi B-52 tempat mendarat dan mengisi bahan bakar.
Pangkalan Kualanamu di Medan, Sumatera Utara, Indonesia yang ditemukan militer AS kali ini bisa dikatakan pijakan yang sangat sempurna bagi B-52H. (adi/fuz/gin/*)
Tags: Amerika Serikat, Pesawat B-52H, Tiongkok