Bogor, Pelitabaru.com
Lima mahasiswa Universitas Djuanda (Unida) Bogor yang tengah melakukan KKN Tematik (KKN-T) di Desa Ciderum, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor berhasil menciptakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam program Dapur Keliling Cegah Stunting (Darling) Posyandu yang digelar pada 11 Agustus 2023.
Didampingi petugas gizi, Anita Safitri Sari, lima mahasiswa Unida, diantaranya Tria Wulandari, Agnia Rahmawati, Aisyah Indriani Rachmat, Mareta Arum P.S, Muhammad Ari Suryana, Putri Adri Sindoro H, Sevtian Akmalul Khoer, serta Wilda Apriani sukses membuat PMT yang diberi nama ‘Chicken Egg Ball’.
Makanan ini diklaim mengadung kadar protein yang sangat tinggi ini didapatkan dari kandungan berbahan dasar berupa daging ayam dan telur puyuh, tidak hanya berbahan dasar protein hewani produk inovasi tersebut ditambahkan sayuran yang kaya akan vitamin C yaitu brokoli, dan akan kaya vitamin A yaitu wortel.
“Inovasi PMT Chicken Egg Ball ini diolah dengan cara bahan berupa daging ayam yang dihaluskan supaya ketika dikonsumsi tidak mengalami kesulitan untuk dikonsumsi anak-anak, dan untuk sayuran brokoli serta wortel juga dihaluskan dengan tujuan sebagai pemberi warna pada produk tersebut dengan warna hijau dari brokoli dan oranye dari wortel,” kata Tria Wulandari dalam keterangannya, Rabu (23/8/2023).
Selain berbahan dasar protein dan vitamin, produk tersebut mengandung karbohidrat yang berasal dari tepung terigu dan tepung kanji, serta pemberi rasa hanya ditambahkan gula dan garam. Sedangkan untuk telur puyuh tersebut adalah isi dari adonan tersebut.
“Dalam proses dan penyajian dilakukan dengan cara telur puyuh yang ditusuk dengan menggunakan tusuk sate yang ujungnya ditumpulkan agar tidak membahayakan saat dikonsumsi, dan kemudian telur puyuh tersebut diberi adonan sehingga terdapat warna hijau dan oranye pada penyajian tersebut. Selanjutnya bahan tersebut dilakukan proses pengolahan dengan cara digoreng menggunakan telur. Dari hasil penggorengan tersebut terdapat zat gizi berupa lemak,” tambah Agnia Rahmawati.
Sedangkan Mareta Arum P.S menjelaskan alasan dari inovasi pembuatan PMT tersebut. Menurutnya, selain karena harganya yang terjangkau, bahan yang mudah didapatkan, dan cara pembuatan yang mudah dilakukan.
“Setelah pemberian produk PMT Chicken Egg Ball kepada partisipan yaitu ibu bayi dan balita serta anak-anak diberikan survei penilaian terhadap produk tersebut, dan dari hasil survei tersebut semua partisipan bahwa PMT menyebutkan rasanya enak, aman dikonsumsi, dan mudah cara pembuatannya,” paparnya.
Ditempat yang sama, Muhammad Ari Suryana mengatakan, mengonsumsi makanan yang bergizi sangatlah penting untuk pertumbuhan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak harus diperhatikan dari segi pola makanan.
“Pola makanan yang bergizi dan seimbang adalah pola makan yang memperhatikan komposisi jenis makanan, teratur, tidak berlebihan, ataupun tidak kekurangan,” ujarnya.
Putri Adri Sindoro H menjelaskan, ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung lama dari kehamilan sampai usia 24 bulan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan yang akibatnya gagal tumbuh atau stunting.
“Dampak jangka pendek stunting diantaranya terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolism,” ungkapnya.
Sevtian Akmalul Khoer menuturkan, PMT adalah program intervensi bagi balita yang menderita kurang gizi.
“Dimana tujuannya adalah meningkatkan status gizi anak serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut,” jabarnya didampingi Wilda Apriani.
Sementara itu, Dra. Dini Ariani, M.Si dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan/PRTPP-BRIN memaparkan bahwa salah satu konsumsi PMT lokal dengan kandungan gizi yang bersumber berupa protein dari hewani, terdapat efek sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan balita, yaitu terjadi peningkatan yang signifikan terutama pada subjek yang diintervensi dengan konsumsi protein dari daging.
“Hal ini berbanding terbalik dengan subyek yang diintervensi dengan hanya konsumsi protein dari susu. Disimpulkan bahwa kombinasi antara protein hewani susu dan non susu (telur, daging, ikan, ayam/unggas) akan membantu menurunkan kemungkinan keadaan malnutrisi pada baduta (bayi dua tahun) dan balita,” tandasnya. (adi/*)